Tips Mendidik Anak bagi Orangtua Milenial
- Sabtu, 11 Juni 2022
- Orangtua Milenial Internet Anak Tip Mendidik Anak
- Redaksi
- 0 komentar

SDIT-TIRTABUARAN, JAKARTA–Dalam beberapa tahun terakhir, istilah generasi alfa kerap muncul di tengah masyarakat. Generasi alfa ialah mereka yang lahir dari tahun 2010 dan seterusnya.
Diberi nama dari huruf pertama dalam alfabet Yunani, generasi alfa disebut sebagai kelompok pertama yang akan menggunakan teknologi sepanjang hidup mereka. Hal ini tak terlepas dari fakta bahwa orang tua generasi alfa merupakan generasi milenial, yang notabene sudah melek teknologi.
Maka tidak heran kalau generasi alfa sudah punya jejak digital, bahkan sebelum lahir. Saat Instagram pertama kali dirilis pada tahun 2010, generasi alfa sudah dapat mengakses teknologi di usia yang masih kecil. Terlebih lagi, saat itu merupakan awal dekade dari kecerdasan buatan mulai mainstream.
Alhasil, generasi alfa lebih natural dan cepat ketika mencari informasi di internet. Di balik semua itu, teknologi nyatanya menimbulkan lebih banyak tantangan bagi orang tua. Tak terkecuali bagi Rizky, orang tua milenial yang mempunyai dua anak berusia delapan dan empat tahun, merasa khawatir dengan dampak teknologi bagi anak.
Rizky khawatir penggunaan internet yang berlebihan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anaknya. Apalagi, sebagian orang tua juga takut anaknya mengakses informasi negatif di internet.
Oleh karena itu, berikut beberapa tips bagi orangtua milenial menghadapi tantangan pesatnya teknologi di tengah mendidik anak, seperti dikutip Kompas.com melansir laman Tanoto Foundation:
Mendampingi anak saat menggunakan internet
Sebagian besar orang tua milenial paham cara menggunakan perangkat teknologi. Namun, tidak semuanya paham cara menggunakan gawai yang benar.
Diena Haryana, aktivis anak dan pendiri Sejiwa Foundation, mengatakan ada tiga jenis orang tua milenial. Pertama, orang tua dengan literasi digital rendah yang membolehkan anak mengakses internet dengan sedikit atau tanpa pengawasan.
Kedua, orang tua yang paham teknologi, namun membiarkan anak menggunakan gawai tanpa pengawasan. Terakhir, orang tua yang paham teknologi dan ikut mendampingi anaknya saat menggunakan gawai.
Di antara ketiganya, Diena mengatakan pola asuh terbaik adalah mereka yang mendampingi anaknya saat menggunakan internet. Dengan mendampingi anak Anda beraktivitas online, orang tua dapat memberikan edukasi ke anak tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di internet. Hal tersebut akan membantu mereka menavigasi internet dengan lebih baik ketika dewasa.
Selain itu, orang tua juga dapat mengetahui minat anak, sehingga lebih mudah untuk mendukung bakatnya tersebut. Terakhir, orang tua juga dapat mengedukasi anak tentang keamanan internet dan melindungi mereka dari berbagai ancaman online.
Dukung minat anak dengan batasan yang jelas
Menurut Rizky dan Diena, kegigihan adalah salah satu karakteristik dari generasi alfa. Rizky berbagi pengalaman saat putri sulungnya senang membuat sketsa dan kerap menghabiskan berjam-jam menonton video tutorial daring.
“Anak saya tahu apa yang dia inginkan, dan dia akan mengejarnya sampai dapat,” ungkap Rizky.
Sebagai seorang ayah, Rizky tidak ingin menghentikan putrinya untuk belajar, tetapi terkadang, dia merasa khawatir jika putrinya menghabiskan terlalu banyak waktu untuk gawainya.
Untuk situasi seperti ini, orang tua sebenarnya dapat mengizinkan anak menggunakan internet untuk memupuk minat mereka, tetapi dengan batasan. Salah satunya dengan membatasi screen time.
Diena menyarankan orang tua untuk menetapkan aturan dan memberi anak waktu layar maksimum dua jam setiap hari untuk mencegah mereka menghabiskan terlalu banyak waktu online. Namun, penting juga untuk menjelaskan alasan di balik aturan tersebut, misalnya dampak cahaya biru. Tujuannya, anak mengerti alasan orang tua menetapkan batasan tersebut.
Dorong anak untuk terlibat dalam aktivitas dunia nyata
Salah satu ciri dari generasi alfa adalah mereka lebih cenderung bergantung pada teknologi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membantu mereka terlibat dalam aktivitas dunia nyata.
“Kami tidak ingin anak generasi alfa merasa terlalu nyaman dengan dunia digital, sehingga membuat mereka merasa tidak membutuhkan dunia nyata lagi,” kata Diena.
Salah satu caranya adalah dengan memperkenalkan mereka pada berbagai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh, seperti olahraga. Selain itu, para orang tua juga diimbau untuk membuat suasana yang nyaman di dunia nyata, agar anak tidak selalu berlama-lama di dunia digital. (ran)
Editor: Hay Izoruhai
Sumber: Kompas.com